Rabu, 04 April 2012

RESENSI BUKU ILMU PERBANDINGAN PENDIDIKAN (Prof. H.M. Arifin M.Ed.)


BAGIAN V
Langkah-langkah Pembahasan dalam Studi Perbandingan Pendidikan
            Berbagai metode yang paling mendasar adalah metode cultural yaitu suatu metode yang membandingkan berdasarkan factor-faktor kebudayaan yang mempengaruhi system pendidikan dari Negara yang distudi.  Nicholas Hans,  merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan metode cultural. Setelah adanya metode cultural kemudian berkembang pula berbagai metode, diantaranya:
a.       Metode Komprehensif yaitu metode yang membandingkan antara dua system atau lebih secara menyeluruh meninjau latar belakang kulturalnya.
b.      Metode partial (jus’y) yaitu metode yang digunakan oleh pembahas denagan mempelajari permasalahan dari berbagai masalah system pendidikan di dua Negara atau lebih, dari segi persamaannya atau perbedaannya.
c.       Metode terbatas (limited) yaitu dengan mempelajari satu atau banyak permasalahan yang ada dalam suatu Negara mencari persamaan dan perbedaan serta mempelajari factor dan kekuatan cultural yang melatar belakanginya.
d.      Metode Istirdad (pengulangan)
            Setelah metode di atas kemudian berkembang metode historis. Membandingkan permasalahan dalam suatu system seperti :
a.       Metode Komperatif
b.      Metode Ilmiah
c.       Metode Isti’arah (Pinjaman)
d.      Metode Filosof
e.       Metode Deskriptif
            Dengan metode ini peneliti bisa mencari persamaan dan perbedaan fenomena krisis dalam pendidikan di Negara-negara studi berdasarkan pengamatan di berbagai Negara.
            Sejalan dengan tujuan dari metode deskriptif guna mengarahkan orang-orang melakukan studi perbandingan pendidikan. Para ahli memandang studi perbandingan pendidikan tidaklah cukup hanya mempelajari system sekolah saja tetapi menjangkau permasalahan kependidikan yang bersifat menyeluruh termasuk komponen-komponen baik yang bersifat membentuk system pendidikan maupun factor-faktor yang mempengaruhinya, seperti politik, ekonomi, dan pandangan hidup bangsa yang distudi.



BAGIAN VI
SISTEM BERFIKIR INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN REFLEKTIF

Untuk memperoleh pemecahan dari suatu permasalahan diperlukan penganalisaan berdasarkan system berfikir logis dan sistematis menurut kaidah logika (ilmu berfikir).
1.      Cara berfikir Induktif
            Yaitu dengan cara berfikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian semakin diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang umu baru kemudian di tarik kepada sasaran yang khusus.
Sistem ini dianggap paling baik diantara system berfikir yang berlaku pada abad pertengahan yaitu cara deduktif atau dogmatis (bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti rationalnya).
2.      Cara berfikir deduktif
Berfikir dengan menggunakan sillogisme ini terdiri dari tiga proposisi atau styatement (pernyataan). Yang pertama dalah premise adalah suatu dasar dari kesimpulan yang hendak diambil.
Tujuan Ilmu Teoritis adalah memberikan penjelasan tentang suatu kenyataan secara obyektif rasional, tidak bersikap memihak, terlepas dari pihak hasrat yang subyektif.
Fakta atau kenyataan yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan teoritis menurut apa adanya adalah benar bersifat independent (bebas) dari keinginan ataupun kehendak yang bersifat subyektif.
Berfikir deduktif dalam bidang teoritis perlu diperkaya dengan pengalaman empiris.Sehingga premise yang ditetapkan juga akan sejalan dengan realitas yang berlaku.
Menurut Rene Descartes, Terdapat 4 langkah berfikir deduktif :
1.      Tidak boleh menerima hal-hal yang belum tentu benar dengan kenyataannya.
2.      Dengan menganalisa dan mengklarifikasikan setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti.
3.      Menggunakan pikiran dengan cara menganalisis sasaran-sasaran yang paling sederhana.
4.      Dalam setiap masalah dibuat penguraian yang sempurna.

3.      Cara Berfikir Reflektif
            Suatu cara berfikir yang dimulai dari adanya problem yang dihadapkan kepadanya lalu dipecahkan. Dengan intuisi yang menuntun berfikir manusia kea rah pemikiran logis melalui penalaran yang bersifat deduktif, induktif reflektif.
            Proses berfikir dengan menggunakan cara apapun bula dilihat dari segi psikologis adalah merupakan proses penggunaan symbol untuk memecahkan permasalahan. Jadi hubungan antara satu obyek dengan obyek yang lainnya bersifat abstrak, yang berupa baying-bayang pikiran yang sedang berproses secara psikologi untuk memecahkan problema yang dihadapi.
            Proses tersebut berlangsung secara berturut-turut, diantaranya :
1.      Menetapkan permasalahan (problema) apa yang dianggap paling sulit.
                        Problema tersebut dicari mana yang paling relevan dengan rangkaian konsep yang telah dimiliki dalam pikirannya. Konsep dasar ini dihubungkan dengan pengalaman yang lampau yang tersusun dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat dan kebudayaan dimana system kependidikan tersebut dibentuk.
2.      Menimbang-nimbang segi yang relevan (berkaitan)
Setelah konsep pikiran telah mulai terbentuk, kita mulai dengan menghilangkan segi-segi yang tidak relevan.
3.      Merumuskan hypotesa
Bilamana konsep-konsep telah terbentuk dan berkembang menurut kontek nya dalam kaitannya dengan berbagai segi yang relevan itu maka kita mulai dengan membentu hypothesis  mengenai konsep untuk mencari pemecahan permasalahan.
4.      Melakukan Verifikasi
      Hipotesis ini kemudian diperkokoh dengan testing dan di check atau di[eriksa langsung pada kenyataan serta realitas yang ada. Dalam Ilmu Pengetahuan kealaman, pengechekkan tersebut dilakukan dengan eksperimen atau percobaan. Setelah dilakukan verifikasi barulah kita mendapat pola pemecahan terhadap problem yang dihadapi. Menurut Floyd L. Ruch, seseorang yang memiliki problema terdorong untuk memecahkannya dengan melalui tahapan sbb :
1.      Memperhatikan terhadap problema yang dihadapi.
2.      Mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan problema.
3.      Mencoba menarik sejumlah pemecahan yang dianggap mungkin.
4.      Menilai pemecahan yang disarankan oleh pemikirannya.
5.      Mencoba lagi dan kemudian memperbaiki pola pemecahan secara obyektif.




manajemen pendidikan ....


       I.            Identitas Buku
Ø  Judul buku :  Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar
Ø  Penulis : Dr. Ibrahim Bafadal. M.Pd.
Ø  Penerbit : PT. Bumi Aksara Jakarta
Ø  Tahun Terbit : Desember 2003
Ø  Tebal Buku : vii + 114 halaman (termasuk cover)

    II.            Resensi Buku
A.    Isi  pembahasan buku
Dalam Buku yang berjudul “Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar” ini beliau memaparkan mengenai Pendidikan yang berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Lembaga Pendidikan tentunya sangat memperlukan manajemen Sumber Daya Manusia sebagai salah satu bagian dari Manajemen Organisasi secara keseluruhan jelas akan berpengaruh pada bidang-bidang manajemen lainnya, karena pada dasarnya semua organisasi itu bergerak dan berjalan karena adanya aktivitas dan kinerja Sumber Daya Manusia yang bekerja dalam organisasi.
Dengan demikian nampak bahwa manajemen esensi mutu pendidikan SD membicarakan tentang mutu pendidikan mutu sekolah dasar yang berbasis sekolah tidak terlepas dari membahas dua hal. Pertama, mengenai seputar sekolah dasar. Sebab istilah berbasis sekolah pada hakikatnya sesuai dengan kondisi sekolah dasar dan diselenggarakan sebndiri oleh seluruhnya sekolah dasar yang bersangkutan. Kedua, apa yand disebut dengan sekolah dasar yang bermutu.
Berdasarkan pemikiran di atas maka akan dibahas esensi mutu pendidikan sekolah dasar. Ada tiga bagian:
1.      Seputar sekolah dasar di Indonesia, yang diakhiri dengan penjelasan mengapa pendidikan di sekolah dasar harus bermutu, dalam arti baik dan berwawasan keunggulan.
2.      Sekolah dasar yang baik.
3.      Sekolah dasar berwawasan lingkungan.
BAB I SEPUTAR SEKOLAH DASAR DI INDONESIA
Dalam bab ini beliau menjelaskan mengenai beberapa pengertian diantaranya adalah
  1. Apa yang dimaksud sekolah dasar?
Merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun dan merupakan pendidikan dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan selama Sembilan tahun yaitu enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP).
  1. Berbagai jenis sekolah dasar.
Ada beberapa jenis sekolah dasar (SD) di Indonesia : SD Konvensional  SD Percobaan, SD Inti, SD Kecil, SD Satu Guru, SD Pamong, dan SD Terpadu. Berbagai jenis SD tersebut tentu memiliki persyaratan yang berbeda-beda sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
A.    Landasan Yuridis Sekolah Dasar
1.      Di dalam pembukaan UUD 1945 diisyaratkan bahwa upaya mencerdaskan bangsa (tentu melalui pendidikan) merupakan amanat bangsa. Sedangkan pada Bab XII Pasal 31 ayat (2) ditegaskan bahwa Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan system pendidikan nasional yang diselenggarakan dalam Undang-Undang.
2.      Di dalam UUSP ditegaskan bahwa setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya mengikiuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan sekurang-kurangnya setara dengan kemampuan serta ketrampilan pendidikan dasar (Bab III Pasal 6).
3.      Di dalam PP Nomor 28 Tahun 1990 ditegaskan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan Sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun dan program pendidikan lanjutan selama tiga tahun.
  1. Tujuan Institusional Pendidikan Dasar.
Bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.
  1. Komponen Sekolah Dasar
  1. Masukan Sumber Daya
Meliputi seluruh personal yang ada dalam sekolah, misalnya kepala sekolah, guru kelas dan mata pelajaran seperti mata pelajaran Agama dan Pendidikan Jasmani dan Rohani.
  1. Masukan Material
Adalah komponen instrumental yang meliputi kurikulu, dana, dan segala komponen sekolah selain manusia, yang bias disebut juga dengan sarana prasarana sekolah.
  1. Masukan Lingkungan
Sekolah merupakan sebuah system yang terkait dengan sebuah jaringan organisasi lain di luar sekolah, sepeti pusat pelatihan guru, badan akreditasi, kontraktor bangunan, departemen keuangan, penerbit buku, pemerintah daerah,dsb.
  1. Proses Pendidikan, mencakup seluruh kegiatan belajar  yang diikluti siswa sejak pagi hari di sekolah sampai anak pulang dari sekolah.
  2. Siswa merupakan komponen mentah. Artinya siswa dengan segala karakteristiknya merupakan subyek yang akan di didik melalui berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga menjadi keluaran dan lulusan yang terbaik sebagaimana diharapkan. Siswa merupakan komponen yang harus dikelola dengansebaik-baiknya.
  1. Seberapa Penting Sekolah Dasar yang Bermutu.
Dilihat dari :
  1. Perpektif Yuridis
Paling tidak ada dua fungsi sekolah dasar. Pertama, melalui sekolah dasar anak didik dibekali kemampuan dasar. Untuk bekal nya kelak agar memiliki kemampuan dasar yang membuatnya mahir wacana, dalam artian mampu berpikir kritis dan imajinatif dan mampu menulis serta membaca.
  1. Perspektif Teoretik
Sebagai optimalisasi pendidikan yang sangat diperlukan sebagai dasar semua pendidikan lanjutan.
  1. Perspektif Global
Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua Negara di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintah.
  1. Bagaimana di Indonesia
Ekspansi pendidikan sekolah dasar dilakukan sejak dilancrakan beberapa instruksi presiden (Inpres) tahun 1973/1974. Sekolah dasar  harus ditingkatkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya, baik secara social, institusional, maupun fungsional-akademik agar mampu mengantarkan anak didik kea rah kedewasaanya secara mental maupun social. Dan secara akademik berarti seluruh perangkat pendidikan lainnya harus dipersiapkan dan mengemban misi pendidikan.    
BAB II KONSEP MANAJEMEN
 Pada bab ini, penulis buku mencoba menjabarkan tentang,
 A. Administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Administrasi adalah sebuah proses, dalam arti terdiri atas serangkaian kegiatan.
2. Terdapat dua orang atau lebih yang bekerja sama.
3. Setiap kerja sama dilakukan dengan tujuan yang sama.
B. Manajemen adalah proses pendayagunaan orang lain untu mencapai tujuan organisasi yang efisien atau kajian administrasi yang ditinjau dari sudut prosesnya serta metode yang digunakannya.
C.  Langkah-Langkah Manajemen
Lembaga Pendidikan sangat terkait dengan manajemen pendidikan yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi manajemen ,diantaranya Perencanaan (planning), Pengorganisasian(Organizing), Pemimpinan (Leading) dan            Pengawasan(Controlling).
  • Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan dating dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi perencanaan (planning) merupakan penentu dari program bagian personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang telah disusun oleh perusahaan.
  • Fungsi pengorganisasian (organizing) merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, dimana setelah fungsi perencanaan dijalankan bagian personalia menyusun dan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-¬faktor fisik.
  • Fungsi actuating, pemimpin mengarahkan karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan pihak-¬pihak yang berkepentingan dalam organisasi.
  • Fungsi pengendalian (controlling) merupakan upaya untuk mengatur kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB III. Manajemn Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Berbasis Sekolah
Bab terakhir beliau memberikan penjelasan mengenai tujuan dari peningkatan mutu pendidikan, yaitu :
  1. Sekolah sebagai lembaga  pendidikan yang lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluan, ancaman bagi dirinya untuk kemeudian mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan sekolah.
  2. Sekolah adapat mengembanyangkan sendiri program-program sesuai kebutuhannya.
  3. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.
  4. Sekolah dapat  melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk peningkatan mutu.
Karakteristiknya :
  1. Ada kekuasaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan mengenai peningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikan kepada para pendidik sekolah.
  2. Dominan manajemen peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan me
Cakup keeluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana, penerimaan siswa baru, dan kurikulum.
  1. Perlu adanya sejumlah rtegulasi yang mengatur fungsi control pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab sekolah.

  • KELEBIHAN BUKU

Buku ini memberikan wawasan baru tentang peningkatan mutu di Sekolah dasar yang didalamnya dilengkapi dengan penanganan yang menggunakan pendekatan baru yang telah diujikan oleh para pendidik dengan mengunakan pendekatan lingkup sekolah untuk mencapai sebuah praktik terbaik.
Selain itu, buku ini mengulas tuntas dengan menuliskan cara-cara yang digunakan untuk menangani permasalah sekolah dasar yang mengalami kemerosotan mutu pendidikan dan memudahkan pembimbing untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar yang mengalami identifikasi permasalahan kearah yang lebih bermutu dan berkualitas dalam merubah mutu pendidikannya..
Buku ini bisa membantu mendukung mutu pembelajaran bagi para mahasiswa. Membantu praktisi para pendidikan sekolah dan profesi sebagai acuan dengan kata-kata yang digunakan mudah dipahami dan runtut dalam pembahasannya


  • KEKURANGAN BUKU
              Buku ini terlalu luas cakupannya, Kekurangan Buku Secara keseluruhan sebenarnya  buku ini sudah tersusun dengan baik, hanya saja pada awalnya buku ini tidak menyertakan pendahuluan serta tidak menyertakan biografi dari penulis maupun dari pihak penerbit sebagai penguat atas kehadiran buku ini. Setidaknya dengan adanya pendahuluan yang biasanya memunculkan sisi positif dari buku akan mampu membuat pembaca lebih tertarik dan berminat untuk membaca karena adanya penguatan tetang buku dari pihak-pihak yang terkait. Kurang adanya kesimpulan atau glukosium untuk mengetahui kata-kata yang sulit dipahami dan Cover kurang menarik minat pembaca.

  • SARAN
Buku ini sesuai digunakan untuk seorang pendidik khususnya sebagai landasan dalam menejemen peningkatan mutu sekolah khususnya di dalam sekolah dasar.
Sebagai mahasiswa buku ini sangat membantu untuk bahan tambahan atau referensi atau wawasan pengetahuan dalam perkuliahan maupun pembuatan tugas makalah khususnya untuk mata kuliah Manajemen Pendidikan. :)