BAGIAN V
Langkah-langkah Pembahasan
dalam Studi Perbandingan Pendidikan
Berbagai metode yang paling mendasar adalah metode
cultural yaitu suatu metode yang membandingkan berdasarkan factor-faktor
kebudayaan yang mempengaruhi system pendidikan dari Negara yang distudi. Nicholas Hans, merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan
metode cultural. Setelah adanya metode cultural kemudian berkembang pula
berbagai metode, diantaranya:
a. Metode Komprehensif yaitu metode yang
membandingkan antara dua system atau lebih secara menyeluruh meninjau latar belakang
kulturalnya.
b. Metode partial (jus’y) yaitu metode yang
digunakan oleh pembahas denagan mempelajari permasalahan dari berbagai masalah
system pendidikan di dua Negara atau lebih, dari segi persamaannya atau
perbedaannya.
c. Metode terbatas (limited) yaitu dengan
mempelajari satu atau banyak permasalahan yang ada dalam suatu Negara mencari
persamaan dan perbedaan serta mempelajari factor dan kekuatan cultural yang
melatar belakanginya.
d. Metode Istirdad (pengulangan)
Setelah metode di atas kemudian berkembang metode
historis. Membandingkan permasalahan dalam suatu system seperti :
a. Metode Komperatif
b. Metode Ilmiah
c. Metode Isti’arah (Pinjaman)
d. Metode Filosof
e. Metode Deskriptif
Dengan
metode ini peneliti bisa mencari persamaan dan perbedaan fenomena krisis dalam
pendidikan di Negara-negara studi berdasarkan pengamatan di berbagai Negara.
Sejalan
dengan tujuan dari metode deskriptif guna mengarahkan orang-orang melakukan
studi perbandingan pendidikan. Para ahli memandang studi perbandingan
pendidikan tidaklah cukup hanya mempelajari system sekolah saja tetapi
menjangkau permasalahan kependidikan yang bersifat menyeluruh termasuk
komponen-komponen baik yang bersifat membentuk system pendidikan maupun
factor-faktor yang mempengaruhinya, seperti politik, ekonomi, dan pandangan
hidup bangsa yang distudi.
BAGIAN VI
SISTEM
BERFIKIR INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN REFLEKTIF
Untuk memperoleh pemecahan
dari suatu permasalahan diperlukan penganalisaan berdasarkan system berfikir
logis dan sistematis menurut kaidah logika (ilmu berfikir).
1. Cara berfikir Induktif
Yaitu
dengan cara berfikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian semakin diarahkan
kepada penarikan kesimpulan yang umu baru kemudian di tarik kepada sasaran yang
khusus.
Sistem ini dianggap paling baik diantara
system berfikir yang berlaku pada abad pertengahan yaitu cara deduktif atau
dogmatis (bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti rationalnya).
2. Cara berfikir deduktif
Berfikir dengan menggunakan
sillogisme ini terdiri dari tiga proposisi atau styatement (pernyataan). Yang
pertama dalah premise adalah suatu dasar dari kesimpulan yang hendak diambil.
Tujuan Ilmu Teoritis adalah
memberikan penjelasan tentang suatu kenyataan secara obyektif rasional, tidak
bersikap memihak, terlepas dari pihak hasrat yang subyektif.
Fakta atau kenyataan yang
digambarkan oleh ilmu pengetahuan teoritis menurut apa adanya adalah benar
bersifat independent (bebas) dari keinginan ataupun kehendak yang bersifat
subyektif.
Berfikir deduktif dalam
bidang teoritis perlu diperkaya dengan pengalaman empiris.Sehingga premise yang
ditetapkan juga akan sejalan dengan realitas yang berlaku.
Menurut Rene Descartes,
Terdapat 4 langkah berfikir deduktif :
1. Tidak boleh menerima hal-hal yang belum tentu
benar dengan kenyataannya.
2. Dengan menganalisa dan mengklarifikasikan
setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti.
3. Menggunakan pikiran dengan cara menganalisis
sasaran-sasaran yang paling sederhana.
4. Dalam setiap masalah dibuat penguraian yang
sempurna.
3. Cara Berfikir Reflektif
Suatu
cara berfikir yang dimulai dari adanya problem yang dihadapkan kepadanya lalu
dipecahkan. Dengan intuisi yang menuntun berfikir manusia kea rah pemikiran
logis melalui penalaran yang bersifat deduktif, induktif reflektif.
Proses
berfikir dengan menggunakan cara apapun bula dilihat dari segi psikologis adalah
merupakan proses penggunaan symbol untuk memecahkan permasalahan. Jadi hubungan
antara satu obyek dengan obyek yang lainnya bersifat abstrak, yang berupa
baying-bayang pikiran yang sedang berproses secara psikologi untuk memecahkan
problema yang dihadapi.
Proses
tersebut berlangsung secara berturut-turut, diantaranya :
1. Menetapkan permasalahan (problema) apa yang
dianggap paling sulit.
Problema tersebut dicari mana yang paling
relevan dengan rangkaian konsep yang telah dimiliki dalam pikirannya. Konsep
dasar ini dihubungkan dengan pengalaman yang lampau yang tersusun dalam
kaitannya dengan kondisi masyarakat dan kebudayaan dimana system kependidikan
tersebut dibentuk.
2. Menimbang-nimbang segi yang relevan
(berkaitan)
Setelah konsep pikiran telah
mulai terbentuk, kita mulai dengan menghilangkan segi-segi yang tidak relevan.
3. Merumuskan hypotesa
Bilamana konsep-konsep telah
terbentuk dan berkembang menurut kontek nya dalam kaitannya dengan berbagai
segi yang relevan itu maka kita mulai dengan membentu hypothesis mengenai konsep untuk mencari pemecahan
permasalahan.
4. Melakukan Verifikasi
Hipotesis ini kemudian diperkokoh dengan testing dan di check
atau di[eriksa langsung pada kenyataan serta realitas yang ada. Dalam Ilmu
Pengetahuan kealaman, pengechekkan tersebut dilakukan dengan eksperimen atau
percobaan. Setelah dilakukan verifikasi barulah kita mendapat pola pemecahan
terhadap problem yang dihadapi. Menurut Floyd L. Ruch, seseorang yang memiliki
problema terdorong untuk memecahkannya dengan melalui tahapan sbb :
1. Memperhatikan terhadap problema yang dihadapi.
2. Mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
problema.
3. Mencoba menarik sejumlah pemecahan yang
dianggap mungkin.
4. Menilai pemecahan yang disarankan oleh
pemikirannya.
5. Mencoba lagi dan kemudian memperbaiki pola
pemecahan secara obyektif.